Dari Abu Hurairah r.a., "Rasulullah SAW bersabda : "Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir" HR. Muslim
Di lain waktu kita sering mendengar bahwa dunia ini adalah tempat persinggahan. Sejatinya ada jalan yang lebih panjang yang akan kita tempuh. Kehidupan kekal yang akan kita nanti. Di tempat persinggahan inilah seharusnya kita berlomba-lomba membekali diri agar kita bisa diterima di tempat yang indah untuk kehidupan kekal nantinya, jannah, ya, kehidupan yang kekal, sesuai dengan firman Allah SWT :
Tapi sayang, bagi sebagian orang, jalan menuju syurga itu "terlihat" lebih sukar dibanding jalan menuju neraka. Dan memang kenyataannya tidak mudah. Banyak godaan dan cobaan yang harus kita lawan dari Si musuh abadi, syaitan. Tidak sedikit yang terjebak dalam tipu dayanya. Terkadang aku pun berfikir, teramat banyak cobaan di dunia ini. Masih jauhkah kematian itu? Berapa banyak lagi cobaan yang harus kulalui hingga aku tiba di garis "finish"? Pertanyaan bodoh!. Lantas, apakah aku sudah siap menghadapi kematianku? Sudah cukupkah bekal sampai-sampai aku mengeluh dengan masalah duniaku?
Tidak, aku belum siap.
Aku bukan mengharapkan kematian. Karena tanpa aku harapkan pun ia akan menemuiku. Namun terkadang terlintas dipikiranku bahwa aku harus lebih kuat menghadapi masalah, karena aku tidak tahu kapan dan dimana garis "finish" ku berada. Setiap butir masalah seharusnya membuat kita lebih kuat, bukan malah sebaliknya, melemahkan.
Sekali lagi, dengan "baju" kotor ini, aku bukan mengharapkan kematian. Masih banyak dosa yang harus aku timbuni dengan berjuta kebajikan dan 'amalan. Aku masih harus berusaha keras untuk menggapai Ridha Nya. Sehingga nanti ketika aku meninggalkan dunia ini, Ia Ridho atasku. Ridho atas kehidupanku dan penciptaanku.
Namun tidak dapat kupungkiri, ketika dihadapi masalah terkadang aku mengeluh, dan mungkin lebih banyak mengeluh. "Mengapa ini terjadi padaku? Mengapa harus seperti ini?", dan sebagainya. Ketika dilanda kekecewaan dan ketidakpuasan, terkadang aku mengeluh. Aku lupa dengan tugasku. Satu tujuan penciptaanku, beribadah kepada Allah SWT. Ketika terlena dengan problematika kehidupan, jujur kuakui terkadang aku lupa, aku khilaf.
Banyak hal yang aku hadapi, permasalahan dan polemik hidup selama 20 tahun aku menghirup udara bumi. Namun sayang, dengan umur yang sudah mencapai taraf dewasa, perkara ikhlas dan sabar pun belum bisa aku pahami sepenuhnya, belum bisa aku aplikasikan dengan baik.
Salah satu masalah terberat dalam hidup ini ialah ketika kita dihadapkan pada rasa kecewa. Terlebih ketika apa yang telah kita impikan dan dambakan selama bertahun-tahun yang lalu, tidak dapat tercapai. Kecewa dan sedih. Beribu pertanyaan dan tuntutan bodoh mulai bermunculan di dalam pikiran. "Mengapa begini, mengapa begitu, mengapa seperti ini...". Beribu pertanyaan yang tidak tahu harus dialamatkan kepada siapa.
Ketika ini terjadi, aku akan berkata pada nurani :
"wahai ruh, wahai jiwa yang bersemayam di dalam raga ini. Bersabarlah ketika kau dihadapi masalah, karena sesungguhnya Allah membersamai orang-orang yang sabar. Ketahuilah, tidak mewujudkan cita-cita dan impianmu bukan berarti Ia tak menyayangimu. Bisa jadi Ia mempunyai sesuatu yang lebih baik untukmu, jauh lebih baik dari yang kau inginkan"
- Mendewasa dan Belajar Ilmu Ikhlas -
top markotop (y)
BalasHapus