Senin, 30 November 2015

There She Is!



Hai haiiiii....

Kali ini saya mau share video flash lucu yang dulu pernah dikasih sama bro Abdullah Azmy :D. Tokoh utamanya Doki dan NabiJadi ceritanya ada kelinci (Doki) yang ketemu sama kucing (Nabi) di vending machine. Tiba-tiba Doki langsung cinta mati sama Nabi xD, love at the first sight eeaaa. Sayangnya aturan sosial yang ada nggak memungkinkan mereka bisa bersama. Mungkin bagi temen2 yang pernah disukai seseorang dengan cara yang luar biasa, dan mungkin sangat2 suka dengan angka 12 dari skala 1 sampai 10, bisa dipastikan video ini akan sangat berkesan, hahaha.

Kalau dipikir2, kucing itu lucu, kelinci juga lucu. Jadi kalau kucing nikah ama kelinci, anaknya pasti jadi lucu kuadrat. ~abaikan~ 
Sebagai informasi, film pendek ini aslinya berupa flash, tapi di youtube udah banyak yang upload videonya. Keywordnya, there she is atau doki & nabi. Video flash ini awalnya dibuat oleh orang Korea yang aslinya dari komik strip 'One day'. Bahkan, dikutip dari wikipedia, video flash ini kabarnya sudah menangin beberapa award international:
"At the 2004 Anima Mundianimation festival in Brazil, this video won first place in both the Web Animation - Professional Jury and Web Animation - Audience divisions, as well as winning the Special Award Anima Mundi Web."
Info lengkapnya bisa dilihat di https://en.wikipedia.org/wiki/There_She_Is!!


Info penting lainnya, video flash ini udah populer sejak 2004, tapi saya baru nonton pas kuliah xD. Saking terkesannya, sampe-sampe dulu saya pernah pake buat profile fb *penting! haha




Video diatas merupakan satu dari rangkaian kisah Doki dan Nabi. Total ada lima video:
  1. Step one: "There She Is!!!"
  2. Step two: "Cake Dance"
  3. Step three: "Doki and Nabi"
  4. Step four: "Paradise"
  5. Final step: "Imagine"
Makanya, jangan berhenti di step 1 aja, tonton semuanya, video step 1-5 disini: https://www.youtube.com/watch?v=-J2cGGiKy9k 
semoga bisa bikin temen2 tersenyum :)








Credit to Sambakza: http://www.sambakza.net/


~(^_^)~


Rabu, 25 November 2015

Antara Taqwa dan Harta

Seusai sholat subuh aku dikejutkan oleh Bunda. 

“Ari, Nenek kamu masuk rumah sakit. Bunda harus datang melihatnya“. 

Kulihat wajah bunda nampak sedih. Tentu aku harus mendampingi bunda karena tempat tinggal nenek tidak di Jakarta tapi Sumatera. Sementara aku hampir tidak mungkin meninggalkan kesibukanku di Jakata, Apalagi mitra bisnisku dari luar negeri sedang ada di jakarta untuk menjajaki kerjasama pembelian produksi pabrikku. Kulihat Bunda sedang sibuk mengemas pakaiannya di kamar. 

“Bunda, apa engga bisa berangkatnya lusa aja”, kataku dengan lembut. 

“Bunda engga mau ganggu kamu, bunda bisa pergi sendiri kok,  Antar saja Bunda ke Bandara ya“, kata bunda sambil memasukan pakaiannya kedalam koper. 

“Baru minggu lalu bunda ke Dokter dan sekarang masih harus istirahat“, kataku dengan tetap lembut sambil memegang tas kopernya untuk mencoba menahannya pergi. 

“Lusa aja, ya. Aku temanin“

“ Tidak ! “

Mata Bunda melotot. Kalau sudah begini aku hanya bisa menghela nafas panjang. Sepeti biasanya aku harus mengalah untuk mengikuti kata Bunda. Istriku juga punya sifat sama denganku untuk mengikuti kehendak bunda. 

"Baiklah, kita pergi sama sama", seperti biasanya pula Bunda tersenyum cerah , dia memelukku.

Didalam pesawat aku menuju kota kelahiran ayahku. Lamunanku terbang kemasa kanak kanaku. Dalam usia 5 tahun , aku sudah yatim. Karena ayah meninggal akibat sakit. Menurut cerita Bunda, ketika Ayah meninggal status ayah masih mahasiswa di Yogya. Bunda bukanlah dari keluarga kaya. Bunda juga seorang yatim, Beda dengan Ayah yang terlahir dari keluarga pejabat tinggi di sumatera. Sehingga walau Ayah berstatus mahasiswa, namun kiriman uang dari orang tuanya masih cukup untuk menanggung hidupnya berkeluarga.

Ayah sengaja merahasiakan perkawinan itu kepada keluarga besarnya. Namun dua tahun setelah ayah meninggal , Bunda datang ke keluarga ayah sambil membawaku. Aku masih ingat ketika itu usiaku 7 tahun. Aku tidak begitu ingat percis bagaimana suasana ketika bunda memperkenalkan dirinya sebagai menantu dan aku sebagai cucu kepada kakek dan nenekku. Yang aku tahu, setiap tahun bunda selalu membawaku kerumah kakek dan nenek.

Setiap tahun , setiap lebaran, bunda mengajaku pergi kerumah kakek dan nenek. Dengan berlelah lelah naik bus melewati pulau jawa dan sumatera untuk sampai. Tak pernah aku antusias datang ke rumah kekek dan nenek. Sebagai anak kecil aku tahu bahwa kakek nenek tidak pernah hangat dengan kehadiranku dan Bunda. Beda sekali dengan perlakuannya dengan saudara sepupuku yang lain, seperti Adi, Rini, Bobi, Anto, Dedi. Setiap lebaran, kulihat para sepupuku datang dari jakarta, Bandung , Surabaya dengan pakaian bagus. Beda sekali denganku. Bila semua istri om sibuk berdandan di kamar atau bermalasan di taman belakang rumah kakek yang luas itu, Bunda malah sibuk di dapur memasak , seperti pembantu.

Ayahku adalah anak tertua diantara empat bersaudara. Semua saudara ayah laki laki. Tidak ada perempuan. Istri Om semua memang cantik cantik. Menurut yang kutahu dari Nenek, yang selalu diulang ulang dihadapan bunda, bahwa semua istri Om dari kalangan keluarga terhormat. Seakan merendahkan keberadaan Bunda. Tapi kulihat bunda tak pernah tersinggung. Selama membesarkan ku, Bunda tak pernah mendapat bantuan satu senpun dari keluarga Ayah. Juga Bunda tidak pernah memohon bantuan dari mereka. Bunda bekerja keras di perusahaan swasta sebagai tenaga administrasi. Bunda pun tak pernah terpikir untuk menikah kembali. Ketika aku sudah remaja, aku sudah bisa beralasan bila bunda mengajakku lebaran di rumah Kakek. 

“Aku males kerumah kakek dan nenek. Mereka engga sayang sama ku. Kenapa kita harus ke rumah mereka?“, demikian alasanku. 

Tapi Bunda dengan segala sifatnya yang keras memaksaku untuk ikut. Akupun tak berdaya. Ketika aku tamat SMU, aku tidak kuliah. Aku memilih bekerja di bengkel. 

“Saya tak ada uang untuk mengirim Ari ke universtas, Yah“, demikian kata Bunda kepada kekek ketika menanyakan mengapa aku tidak kuliah. 

Kakek dan nenek nampak tersenyum sinis ketika mengetahui keadaanku. Tahun tahun berikutnya ketika lebaran. Kakek dengan kebanggaannya bercerita tentang sepupuku yang berangkat keluar negeri untuk kuliah. Ada juga yang masuk perguruan tinggi swasta bergengsi di Jakarta. Aku maklum karena Om ku semua mempunyai posisi sebagai pejabat, dan ada juga yang jadi pengusaha. Aku dan bunda hanya diam mendengar cerita itu. Tapi, tak pernah mengurangi niat Bunda untuk datang ke rumah kakek dan nenek. Dan aku semakin bosan dengan sikap keluarga Ayahku. Yang pasti Biiznillah, izin Allah ditambah kerja kerasku, aku bisa menanggung bunda dan bunda tak perlu lagi berkerja keras. 

Seiring berjalannya waktu, yang tadinya sebagai pekerja bengkel, aku pun sudah bisa mandiri dengan membuka usaha bengkel sendiri. Lambat laun , aku mendapat mitra untuk membuat komponen bodi kendaraan sebagai pemasok pabrikan otomotif. Usaha ini kugeluti dengan kerja keras siang malam dan akhirnya berkembang. Ini semua tidak bisa dilepaskan peran Bunda yang tak henti mendoakanku. Akupun dapat hidup mapan. Namun, kewajiban setiap lebaran datang berkunjung ke rumah kakek nenek tetap saja dilakukan oleh bunda dan aku harus ikut.

Tapi belakangan ini, keluarga yang berkumpul dirumah kakek dan nenek tidak lagi utuh. Yang lain hanya menelepon mengucapkan selamat lebaran kepada kakek dan nenek. Sepupuku pun tak semua datang. Mereka bersikap sama dengan orang tuanya, mengucapkan selamat lebaran via sms atau telepon. Tapi kakek dan nenek tetap bangga dengan mereka. Aku tak pernah cerita tentang keadaanku karena kakek dan nenek tak pernah bertanya tentangku. Walaupun mereka tahu aku dan bunda tidak lagi datang dengan bus tapi menggunakan pesawat terbang.

Tak terasa roda pesawat sudah menyentuh landasan. Kulihat bunda tersentak dari tidur lelapnya. Dia melirik kearahku dan entah kenapa dia mencium keningku. 

”Ada apa bunda ?“, tanyaku dengan tesenyum. 

“Bunda ingat akan ayahmu“. Bunda nampak berlinang air mata. Aku hanya diam. 

“Ayahmu pria yang sangat baik. Sangat baik. Dia pria yang sholeh. Ayahmu berencana bila dia selesai kuliah dan dapat pekerjaan maka dia akan membawa Bunda dan kamu ke keluarga besarnya. Bunda tahu kok, Ayahmu dalam posisi lemah ketika melamar Bunda. Disamping itu dia sadar karena pilihannya kepada Bunda membuat dia berbeda dengan ayahnya. Ayahmu mencintai Bunda karena dia lebih mencintai Allah dari apapun”, sambung Bunda. 

“Maksud Bunda apa?"

“Ayahmu memilih Bunda karena agama. Dia tidak melihat Bunda karena kecantikan, karena keturunan orang kaya, karena apa apa. Dihadapan ayahmu, Bunda adalah muslimah yang baik , yang miskin. Dan itu pasti akan ditentang habis oleh keluarganya”. Air mata Bunda berlinang dan akhirnya air mata itu jatuh membasahi pipinya.

“Kamu adalah putra ayahmu. Anak yang berbakti, soleh dan pekerja keras. Benarlah kalau niat baik karena Allah maka yang akan datang juga kebaikan“. Aku terdiam. Ada yang mengganjal dalam pikiranku. Ini momen yang tepat untuk bertanya.

“Kenapa Bunda selalu menaruh hormat kepada kakek dan nenek. Padahal mereka tidak peduli dengan kita“.

Bunda menatapku dengan tersenyum.

“Ketika ayahmu pulang ke Sumatera dalam keadaan sakit, dia berpesan kepada Bunda , bila dia meninggal agar Bunda menjalin silahturahmi dengan keluarganya dan mendidikmu untuk dekat kepada kedua orang tuanya.”

Bunda terdiam sebentar sambil mengusap airmatanya. 

“Kamu tahu, setelah ayahmu meninggal, butuh dua tahun bunda untuk mengambil keputusan untuk bertemu dengan kakek dan nenekmu. Walau karena itu tidak ada rasa hormat kepada bunda , dan Bunda juga menyaksikan betapa kamu tidak diperlakukan sama seperti cucu yang lain, tapi Bunda ingat kata-kata Ayahmu, 'cintailah sesuatu karena Allah. Tak penting rasa hormat dan imbalan dari manusia', ya kan, anakku”

“ Ya, Bunda“, terlontar begitu saja dari mulutku.

Entah kenapa kedatanganku bersama bunda kali ini disambut dengan air mata berlinang oleh kakek. Dia peluk aku ketika sampai di kamar dimana nenek dirawat. Yang datang menjenguk hanya aku dan Bunda. Sementara Om dan sepupuku tidak ada yang datang. Kulihat nenek dalam keadaan tertidur.

Dari kakek kutahu bahwa nenek terkena stroke tapi keadaannya cepat tertolong. Mungkin setelah itu nenek akan lumpuh. Kakek mengajaku keluar dari ruangan. Kami bicara di taman Rumah sakit.

“Dua tahun lalu Om mu yang pejabat di Jakarta, terkena kasus korupsi. Dia dalam pemeriksaan oleh aparat yang berwajib. Sebelumnya Om mu yang di Surabaya perusahaannya disita oleh bank karena bankrut. Om kamu yang di Bandung bercerai dengan istrinya karena soal perselingkuhan dan akhirnya terkena PHK sebagai PNS. Semua anak anak mereka tumbuh menjadi anak yang liar. Kuliah tidak selesai, dan terjebak dalam pergaulan bebas".

Aku terkejut, karena baru kali ini aku tahu. Mungkin karena hubunganku dengan keluarga Ayahku tidak begitu dekat maka tak banyak kutahu soal mereka.

“Kakek tahu bahwa nenekmu punya penyakit darah tinggi dan jantung. Makanya kakek berusaha menyimpan rapat rahasia tentang Om kamu yang tersangkut kasus karupsi. Tapi kemarin, ada yang memberi tahu bahwa Om kamu sudah di vonis penjara enam tahun atas tindakan korupsinya. Seketika itupula nenekmu jatuh pingsan”

Aku hanya diam untuk menjadi pendengar yang baik.

“Ari, kami tahu bahwa selama ini perlakuan kami kepada kamu dan Ibumu kurang baik. Bahkan kami biarkan Ibumu menderita membesarkan kamu, membesarkan anak dari putra sulung kami, cucu kami. Kami menyesal karena sikap kami selama ini. Belakangan ini, nenekmu selalu menyebut nama kamu. Setiap dia menyebut namamu, seketika itu juga dia menangis. Kini dimasa tua kami, kami resah karena tak tahu siapa yang akan mengurus kami. Nenekmu mungkin setelah ini akan lumpuh. Kakek sudah uzur dan lemah”.

Ku genggam tangan kakek.

“Aku yang akan merawat kakek dan nenek. Izinkan aku untuk membawa kakek dan nenek ke Jakarta, tinggal bersamaku. Beri kesempatanku untuk berbakti kepada kakek dan nenek, ya kek“.

Seketika itu juga kakek memelukku erat. Terasa pundakku dingin. Aku tahu kakek menangis. 

"Harta yang ada jual lah kek. Untuk bantu Om dan adik adikku. Dalam situasi ini tentu mereka sangat membutuhkannya. Dan sisanya kakek sedekahkan untuk panti asuhan agar kakek punya bekal akhirat, ya kan kek", kataku.

Kakek semakin erat pelukannya. 

"Maha suci Allah, sifatmu tak jauh beda dengan Ayahmu, yang begitu bijak menyikapi kami"

Bertahun tahun aku didiik oleh Bunda untuk memahami makna cinta. Bahwa cinta adalah tindakan memberi karena Allah, bukan mengharap balasan dr manusia. Aku pun harus memahami hakikat cinta dalam kehidupan ini, termasuk menggantikan posisi Ayahku untuk berbakti kepada kakek dan nenek, orangtua Ayahku.

Bunda nampak bahagia sekali ketika melihatku mendorong korsi roda nenek menuju tangga pesawat dengan disamping kakek yang berjalan sambil memegang lenganku. Kami semua ke Jakarta.

Ya Allah, semoga kami meninggal dalam sebagai insan yang Engkau cintai.

***

sumber: entah dari mana, yang pasti dari postingan temen di grup wassap ^_^

Ada beberapa hikmah yang bisa kita ambil dari cerita di atas:
1. Cintailah sesuatu karena Allah SWT. Tak penting rasa hormat dan imbalan dari manusia :)
2. Menjalani perintah suami adalah suatu bentuk ketaqwaan, sekalipun dia telah tiada. Meskipun berat, tetap jalani dengan ikhlas, karena ridho suami juga juga merupakan ridho Allah SWT.
3. Bagaimanapun sulitnya kondisi hidup kita, jangan pernah mengemis meminta bantuan kepada orang lain, usahakan apa yang kita bisa dan tawakalkan hasilnya kepada Allah SWT.
4. Jangan pernah membalas perlakuan tidak baik seseorang, dengan sikap yang serupa, apalagi dibalas dengan perlakuan yang lebih buruk. Balaslah sesuatu dengan yang lebih baik dari yang kita terima :)


~(^_^)~



Rabu, 18 November 2015

Siapa Yang Lebih Diprioritaskan?








Sumber: http://www.imuslimshop.com/ 
via: https://www.facebook.com/pesonapengantin


~(^_^)~



Antara Pilihan Orang Tua dan Anak



Alkisah, ada dua orang sahabat, Angel dan Baim. Mereka adalah sahabat karib yang sudah berteman sejak lama. Dari SD hingga SMA, mereka selalu satu sekolah. Bahkan, 10 dari 12 tahun selama sekolah, mereka berada dalam satu kelas yang sama. Saking dekatnya, bahkan Baim telah menganggap Angel sebagai adiknya sendiri. Mereka pun berpisah pada saat kuliah. Hingga sampai pada saat dimana Baim mendapat kabar bahwa Angel akan menikah. Bahagia dengan kabar ini, Baim pun menyampaikan ucapan selamatnya pada Angel melalui pesan singkat. Namun, tanpa disangka, respon yang diperoleh berbeda dari yang ia harapkan.

Singkat cerita, Angel pun curhat tentang apa yang terjadi dibalik rencana pernikahannya. Angel mengaku dipaksa menikah oleh orang tuanya dengan seseorang yang tidak ia sukai, atau mungkin lebih tepatnya tidak ia cintai. Kemungkinan besar, Angel sudah punya pilihan lain. Sudah berulang kali ia mengutarakan penolakannya, baik kepada si calon secara tidak langsung (melalui seorang perantara), lebih-lebih pada orang tuanya. Sayangnya penolakan demi penolakan tadi tidak digubris. Mulai dari mencoba diskusi dengan orang tuanya, sampai menolak dengan deraian air mata pun telah ia perjuangkan, namun hasilnya nihil. Malah sebaliknya, Angel bahkan dicap sebagai anak durhaka oleh kedua orang tuanya. 

Setiap malam ia merasa sedih. Tak sedikit hari yang ia lalui dengan tangisan. Pun tak banyak orang yang tahu tentang kisahnya karena memang ia tipikal wanita yang tegar dan mampu menyembunyikan kesedihannya. Sampai pada akhirnya, perjuangannya pun kandas ketika mengetahui bahwa ternyata secara diam-diam orang tuanya dan si calon telah mempersiapkan acara lamaran bagi Angel. Meski telah berusaha untuk menolak pada orang tuanya, bahkan dengan air mata sekalipun, namun, acara lamaran itu tetap berjalan.

Baim, sebagai seorang sahabat yang sudah lama mengenal Angel, tentunya merasa sedih dan iba bercampur bingung. Mungkin memang inilah jalan hidup Angel. Selang beberapa hari setelah lamaran, Angel kembali curcol, dulu dia pernah baca artikel di salah satu sosmed, dimana ada seorang gadis yang jadi gila karena dilarang menikah dengan kekasihnya. Setelah si gadis menjadi gila, barulah si gadis diizinkan menikah. "Hmmm, agak ekstrim, tapi seorang Angel nggak mungkin akan gila hanya karena masalah ini" gumam Baim. Dalam hati ia berharap, semoga gadis dalam artikel tadi kembali waras setelah diizinkan menikah.

Nah, berawal dari cerita inilah Baim jadi iseng googling di internet. Niat awalnya, si Baim cuma ingin tahu cerita lengkap dari artikel tadi. Tapi tanpa sengaja dia menemui artikel-artikel islami beserta dalil-dalilnya yang menyebutkan larangan orang tua memaksa anaknya (yang sudah baligh) untuk menikah. Kebetulan si Angel agamanya islam, maka tanpa banyak pikir, Baim langsung sampaikan berita tadi pada Angel. 

Mereka berdua pun kebingunan, apa yang harus dilakukan. Terlebih karena artikel tadi menyebutkan bahwa akad nikah tanpa seizin anak perempuan, adalah cacat secara syariah. Hingga pada akhirnya, Baim menyerahkan Angel untuk memutuskan. Jika Angel ingin mengusahakan, maka solusinya ialah berdiskusi dengan si perantara. Namun sayangnya, Angel kurang setuju, sehingga Baim pun hanya bisa berharap semoga Angel bisa mengizinkan hingga sebelum akad dilangsungkan.


***

Dari kisah ini, saya mencoba mengambil dua dalil tentang persetujuan menikah dari hadis Shahih Muslim dalam kitab nikah, berikut artinya:

Bab 8. Tentang tanda izin nikah wanita janda ialah ucapan sedangkan gadis perawan ialah diam

( HR.MUSLIM No:2543 ) 
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai pertimbangan dan seorang gadis perawan tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai persetujuan. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana tanda setujunya? Rasulullah saw. menjawab: Bila ia diam.

( HR.MUSLIM No:2544 ) 
Hadis riwayat Aisyah ra.: Dari Zakwan ia berkata: Aku mendengar Aisyah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang seorang gadis perawan yang dinikahkan oleh keluarganya, apakah ia harus dimintai persetujuan ataukah tidak? Beliau menjawab: Ya, harus dimintai persetujuan! Lalu Aisyah berkata: Aku katakan kepada beliau, perempuan itu merasa malu. Rasulullah saw. bersabda: Itulah tanda setujunya bila ia diam.

Semoga kisah diatas bisa menjadi pelajaran buat kita. Jika sebagai orang tua dari anak perempuan, maka selain berkewajiban mencarikan calon yang sholeh, juga jangan lupa untuk meminta persetujuan anak sebelum menikahkannya, kecuali jika anak tersebut belum baligh. Jika sebagai anak perempuan, maka hendaknya sesegera mungkin mencerdaskan orang tua tentang hak kalian untuk dimintai persetujuan sebelum dinikahkan. Jangan sampai, ketika nanti tiba-tiba orang tua datang membawa seorang calon, barulah si anak mengungkapkan penolakannya. Alhasil, si anak berselisih dengan orang tua lantaran orang tua yang mungkin egois dan belum tahu. Pada akhirnya, si anak lah yang harus menanggung resiko "terpaksa" menikah sebagai wujud rasa sayang dan patuhnya dengan orang tua. Padahal kepatuhan yang melanggar syariah, tidak pernah diajarkan dalam Islam.

Kalau menurut pendapat saya, alangkah baiknya jika orang tua dan anak saling bekerja sama. Orang tua berperan sebagai penentu kriteria dan anak sebagai penentu pilihan. Sehingga keduanya bisa saja mengajukan calon, baik dari sisi anak jika anak sudah punya pilihan, maupun dari sisi orang tua yang mencarikan. Karena aneh rasanya jika kita logikakan, yang akan menikah adalah si anak, yang akan menjalani hidup adalah si anak, tapi malah orang tua yang keras memaksakan pilihannya kepada anaknya, seolah-olah, malah orang tua yang mau menikah, hehe. Semoga hal ini tidak terjadi pada pembaca sekalian :)

Wallahu A'lam Bish Shawab


~(^_^)~

Selasa, 17 November 2015

Salah Satu Resep BAHAGIA (QS. Thaha: 120)


فَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ ٱلشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا ۖ وَمِنْ ءَانَآئِ ٱلَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ ٱلنَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَىٰ


"Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang" (QS: Thaha [20]: 120)

Yuk, mari kita perbanyak bertasbih dan berzikir, disetiap waktu yang kita miliki (pagi, siang, sore, dan malam) semoga Allah SWT senantiasa membuat hati kita tentram dan bahagia :)


~(^_^)~