Selasa, 25 September 2012

Mengalah bukan berarti kalah

"Banyak yang berjuang demi sebuah kemenangan, namun hanya sedikit yang mengalah untuk menang, karena agar bisa mengalah, kita harus bisa menang melawan ego dengan kesabaran"
- Habiburrahman, 24 Sept 2012


Mungkin bagi sebagian orang, mereka yang mengalah dalam sebuah perkara terlihat lemah, tapi sebenarnya, justru mereka lebih kuat. Kuat melawan ego mereka sendiri. Kuat untuk menundukkan emosional yang terkadang begitu membara untuk mengalahkan lawannya. Ya, saya akui mereka lebih kuat.

Mungkin bagi sebagian orang menilai mengalah itu perkara mudah. Tunggu dulu Bung! Seandainya mengalah adalah perkara mudah, tak akan ada perang saudara, pun tak kan ada orang-orang yang berebut kekuasaan. Ya, ini fenomena yang biasa terjadi.

Tak heran terkadang mereka yang mengalah justru sebelumnya berada pada posisi dimana mereka memiliki potensi lebih besar untuk menang, namun mereka memilih untuk mengalah. Inilah bagian tersulitnya. Mengalah demi kemenangan besar yang terkadang tak tampak bahkan sering kali tak terbayang oleh mereka yang mengedepankan ego masing-masing.

Pada akhirnya,
Mengalah adalah sebuah kemenangan melawan ego diri.
Mengalah bukan berarti kalah.
Namun mengalah adalah sebuah strategi.
Sebuah strategi untuk meraih kemenangan.



Senin, 03 September 2012

Belajar Bahasa Inggris

Dua hari yang lalu saya sempat menonton sebuah acara kompetisi stand up comedy di salah stasiun TV Nasional. Mungkin sebagian kita sudah mengetahui apa itu stand up comedy, jadi nggak perlu saya jelaskan lagi ya. Stand up comedy memang bukan sesuatu yang baru. Tapi waktu itu adalah kali pertama saya nonton stand up comedy (you gotta know this).

Di acara tersebut, banyak sekali penampilan finalis yang membuat saya terpingkal-pingkal, lucu. Berbeda dengan komedi-komedi lawakan seperti OVJ dan kawan-kawan, stand up comedy lebih berbobot dan lebih berwawasan menurut saya. Satu demi satu lawakan sang komedian saya nikmati, hingga tibalah penampilan dari host acara tersebut yang tentunya dia sudah lebih berpengalaman dalam hal ini, Panji Pragiwaksono.




Dalam setiap lawakan stand up comedy, biasanya terdapat satu tema dan suatu pesan yang ingin disampaikan pelawak kepada penonton. Salah satu pesan yang disampaikan oleh mas Panji ialah mengenai Cinta Indonesia. Disini, dari lawakannya dia berusaha menyampaikan -maaf, saya nggak bisa melawak, jadi saya ceritain aja intinya- bahwa kita harus bangga dengan Bahasa Indonesia. Kenapa harus pakai bahasa Inggris segala atau sok sok pake Bahasa Inggris. Bangga dong pake Bahasa Indonesia. Coba kita lihat di cafe-cafe atau di restoran, kebanyakan kata-kata mereka tidak luput dari satu atau beberapa frase bahasa inggris. Atau ada juga anak-anak muda yang berlagak pake Bahasa Inggris, tapi sayangnya pronunciation nya nggak pas. "Ngapain sih, sok sok pake Bahasa Inggris, bisa juga kagak, bangga dong pake Bahasa Indonesia"

Tentu, kita semua, mulai dari anak SD sampe yang udah bau tanah tentunya sepakat-kat-kattt dengan apa yang disampaikan oleh mas Panji bahwa kita sudah sepatutnya bangga dengan Bahasa Indonesia. Namun, saya mencoba memandang dari sisi yang berbeda.

Bahasa Inggris ialah bahasa Internasional, Bung. Ini suatu kenyataan yang nggak bisa dipungkiri. "Menurut Gue, kalo negara Lo pengen jadi negara maju, salah satu jalannya Lo harus kuasai Bahasa Internasional, kecuali kalo Lo pengen hidup dalam kandang aja dan terus terusan jadi Negara Berkembang"

Ya, dulu saya sepakat dengan mas Panji, "ngapain sih sok sok pake Bahasa Inggris segala, Bahasa Indonesia aja kenapa ???". Tapi sekarang saya berfikir sebaliknya, justru bagus dong kalo kita memasyarakatkan penggunaan bahasa inggris di kehidupan sehari-hari. Nggak apa-apa deh awal-awalnya pronounciation nya berantakan. Coba deh liat gimana pronounciation bahasa inggrisnya orang india dan arab, atau orang jepang lebih-lebih orang itali. -patut kita bersyukur, logat bahasa Indonesia nggak begitu mempersulit kita untuk melakukan pronounciation bahasa inggris-

Berawal dari pronounciation yang berantakan, yang pasti nggak bakal berantakan forever kan ya. Berawal juga dari masyarakat kota, hingga nanti ke desa-desa. Kita masyarakatkan penggunaan Bahasa Inggris namun tetap bahasa yang kita cintai ya Bahasa Indonesia sebagai salah satu alat pemersatu Bangsa.

Jadi sekali lagi, kalo ada temen-temen kita yang "sok sok" pake Bahasa Inggris, jangan kita cela, alangkah baiknya kita support, dan alangkah lebih baik lagi kalo kita mampu, kita bantu perbaiki pronounciation mereka yang mungkin kurang pas (bahasa saya : berantakan).



Sabtu, 01 September 2012

Curcol..???

Mungkin kita pernah mengeluh pada seseorang atau mungkin sekedar mencurhatkan hal-hal buruk yang sedang atau pernah terjadi pada diri kita, hingga membuat seolah-olah kita lah orang yang paling sengsara di dunia, hingga seakan-akan orang yang kita ajak bicara adalah orang yang paling beruntung di dunia karena tidak mengalami hal-hal buruk seperti yang kita alami...

Satu pertanyaan dari saya, apakah pernah terfikirkan oleh kita, saat kita curhat, saat kita mengeluh, saat kita berada di kondisi seakan-akan kita adalah yang paling sengsara, yang paling menderita, pernahkah terfikirkan bahwa orang yang kita ajak bicara, tempat kita mengeluh tersebut juga pernah mengalami hal yang tak jauh berbeda, atau mungkin serupa atau bahkan lebih buruk lagi dibanding yang kita alami. Tapi ia berusaha untuk tegar dan tidak mengeluh pada siapapun, melainkan Allah SWT. Dan bahkan tegarnya ia berusaha untuk membuat kita bersabar dan tawakal bukan sebaliknya berkata : "eh coy, yang gue alami bahkan jauh lebih parah dari lu, jangan sok-sok jadi orang paling menderita gitu dong".

... dan saya pernah beberapa kali berada di posisi si pendengar. Mungkin anda juga pernah :)


Kasih judul Nggak Ya??... :D

...anehnya, tidak sedikit orang yang berusaha mencari pembenaran ketimbang mencari kebenaran.

Mungkin kita sendiri pernah melakukan ini tanpa disadari. Semisal ketika kita ditegur atas suatu kesalahan, kita selalu mencoba mencari-cari alasan ini itu untuk berusaha membenarkan apa yang telah kita lakukan. 

Mulai dari hal sepele bahkan hingga hal-hal ekstrim seperti fatwa atau semacamnya. 
Mulai dari pembenaran yang bersifat dadakan hingga pembenaran yang direncanakan.
Mulai dari pembenaran atas hal-hal yang belum jelas ketidakbenarannya, hingga pembenaran atas sesuatu yang nyata-nyata salah.

Let's evaluasi dan introspeksi semua yang telah kita lakukan. Mari kita filter, adakah pembenaran yang semestinya tidak kita lakukan atau katakan?