Jumat, 12 Oktober 2012

Deadline!!!

Ya, kita tak asing dengan kata-kata deadline.
Deadline merupakan batas waktu yang menjadi patokan kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan.

sumber : scele.cs.ui.ac.id, setiap tanggal merah bukan hari libur, melainkan deadline tugas

Sedikit curhat saja, akhir-akhir ini deadline-deadline tugas di kampus saya begitu membabi-buta. Bagai senapan mesin otomatis yang menghabisi targetnya tanpa ampun. Hampir setiap minggunya ada deadline dan bukan cuma satu. Belum lagi amanah yang memiliki deadline tersendiri di setiap minggunya. Berat? Tentu!

Itulah hidup, hidup dipenuhi dengan deadline.

Disalah satu twitnya, teman saya @yahyaman09 berceloteh, "Yeah! everyday is a deadline day!".  Tepat sekali!. Setiap hari dalam hidup kita merupakan deadline, garis mati. Mungkin lebih tepatnya setiap detik.

Sungguh, (sebagai mahasiswa normal) ketika ada tugas, kita takut jika kita tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Terlebih lagi bagi karyawan, karena ancamannya ialah kehilangan pekerjaan. Cemas? Wajar, berarti anda normal!

Kemudian bagaimana dengan deadline kehidupan ini?
Percayalah, setiap detik yang kita lalui ialah deadline.
Setiap detik adaah deadline bagi kita untuk berbuat kebaikan.
Setiap detik adalah deadline bagi kita untuk beramal sebanyak-banyaknya.
Setiap detik pula adalah deadline bagi kita untuk mempersiapkan diri menghadapi akhir hidup ini.
Mengapa? Jawabannya cuma satu, kita tak tahu kapan kita akan dipanggil oleh-Nya.
Detik demi detik, bagi mereka yang sadar, tentu akan selalu dihantui dengan ketakutan.
Sudah siapkah?
Sudah cukupkah amalan kita?
Sudah pantaskah untuk menerima syurga-Nya?
Sudah memohon ampunkah?
Sudah bertaubatkah?

Jawabannya akan selalu belum. Siapapun kita, sombong sekali jika kita berkata kita sudah siap.

Bayangkanlah, nabi kita, yang selalu kita cintai dan sayangi, Muhammad SAW, satu-satunya manusia yang terlepas dari dosa, pun setiap harinya beliau beristighfar lebih dari 70 kali. Seorang manusia yang telah dijanjikan syurga, namun dia tetap takut jika tak mendapat Ridho dari Allah SWT.

Lalu, siapa kita? Sucikah kita?

Kita bukan siapa-siapa. Kita bukan Nabi apalagi Rasul. Kita tak pernah dijanjikan pasti masuk syurga. Kita juga bukan orang suci yang bebas dari dosa seperti Rasulullah. Malah sebaliknya, setiap harinya kita tak luput dari dosa. Jangankan istighfar lebih dari 70 kali, lebih parah lagi bahkan ada hari-hari yang kita lalui tanpa beristighfar pada-Nya, tanpa meminta ampunan kepada-Nya, tanpa meminta Ridho dari-Nya.

Lalu, SIAPA KITA?

Sejenak, saya teringat akan sebuah lagu yang dilantunkan oleh grup nasyid Raihan. Liriknya sangat manis. Begitu menyentuh. Lagu ini merupakan do'a Abu Nawas ketika masa hidupnya :

I'tiraf


Wahai Tuhan, ku tak layak ke surgaMu
Namun tak pula aku sanggup ke nerakaMu
Ampunkan dosaku, terimalah taubatku
Sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar

Ilahi lastu lil firdausi ahlaa
Wa laa aqwa 'alaa naaril jahiimi
Fahabli taubataw waghfir dzunuubi
Fa innaka ghofirudz dzam bil 'adhiimi

Dosa-dosaku bagaikan pepasir di pantai
Dengan rahmatMu ampunkan daku oh Tuhanku

Wahai Tuhan selamatkan kami ini
Dari segala kejahatan dan kecelakaan
Kami takut, kami harap kepadaMu
Suburkanlah cinta kami kepadaMu

Kamilah hamba yang mengharap belas dariMu

Begitulah, kita sadar. Kita tak layak mendapat syurga. Rasulullah saja yang telah dijanjikan syurga masih beristighfar lebih dari 70 kali setiap harinya ditambah begitu banyak amalan sunnah yang beliau kerjakan. Lalu Kita? Kita belum pantas. Yang kita harapkan ialah Ridho Allah SWT. Berharap agar Ia kelak akan menerima setiap amalan-amalan kecil kita yang tak seberapa. Berharap agar Ia mau mengampuni seluruh dosa-dosa yang bahkan lebih banyak dari jumlah amaln kita. Melalui setiap amalan ini, kita berusaha memperoleh Ridho Nya. seraya berharap ampunan dari Nya. Semoga kelak kita bisa dipertemukan di jannah Nya. Amiin Ya Rabbal'alamin.


Sebagai penutup, teman-teman dapat menyimak cerita menarik berikut :

Suatu hari seorang anak datang kepada ayahnya dan bertanya, 
"Apakah kita bisa hidup tidak berdosa selama hidup kita ?". 
Ayahnya memandang kepada anak kecil itu dan berkata, "Tidak, nak". 

Putri kecil ini kemudian memandang ayahnya dan berkata lagi, 
"Apakah kita bisa hidup tanpa berdosa dalam setahun ?" 
Ayahnya kembali menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum kepada putrinya. 

"Oh ayah, bagaimana kalau 1 bulan, apakah kita bisa hidup tanpa melakukan kesalahan ?" 
Ayahnya tertawa, "Mungkin tidak bisa juga, nak". 

"OK ayah, ini yang terakhir kali, apakah kita bisa hidup tidak berdosa dalam 1 jam saja?". 
Akhirnya ayahnya mengangguk,"Kemungkinan besar, bisa nak dan kasih 
Tuhan lah yang akan memampukan kita untuk hidup benar". 

Anak ini tersenyum lega. 

"Jika demikian, aku akan hidup benar dari jam ke jam, ayah. 
Lebih mudah menjalaninya, dan aku akan menjaganya dari jam ke jam, 
sehingga aku dapat hidup dengan benar......" 

sumber : http://your-motivation-here.blogspot.com/2012/07/hidup-benar-selama-1-jam.html


1 komentar:

  1. keren bang,
    jadi pengen ngasih setiap dedline tugas di kalender rumah, hehhe
    inspiratif

    BalasHapus