Sabtu, 11 Mei 2013

Ayo Buruan Jadi Pemimpin



Jadi ceritanya tadi siang saya ikut training leadership. Sebenarnya saya nggak masuk hitungan peserta sih, karena peserta yang ikut adalah ketua LDK se-Jabodetabek. Cuma hari ini, dimintai tolong buat bantu-bantu panitia, jadi LO. Alhasil singkat cerita, saya malah ikut training nya yang di isi oleh Pak Agung (sebagian manggilnya ustad Agung, karena biasanya sebagian orang nggak mau di panggil ustad, jadi saya panggil Pak Agung aja). Beliau S1-S3 nya di Jerman dan sekarang lagi S3 lagi di Malaysia.

Banyak wawasan dan motivasi yang di dapat dari beliau. Biar ringkas dan mudah dipahami, saya tulis dalam bentuk poin-poin aja :

  1. Siapa itu pemimpin?
    Pemimpin adalah orang yang mampu memberi pengaruh (influence).  Kepemimpinan bukanlah perkara jabatan atau posisi struktural. Kita tidak perlu harus menjadi ketua sebuah organisasi untuk menjadi seorang pemimpin. Bawahan pun juga bisa memimpin ketuanya dan orang-orang disekitarnya selama ia memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh dan pengendalian lingkungan.
  2. Siapa yang dipimpin?
    Sebagai seorang pemimpin kita sadar bahwa yang kita pimpin adalah manusia. Seorang penggembala sapi pasti akan mencatut hidung sapi agar ia bisa mengendalikannya. Seorang peternak kambing akan mengikat leher si kambing agar ia mudah di kendalikan. Seekor "ibu" kucing pasti akan menggigit punuk/leher anaknya untuk membawanya dan agar anaknya diam/kalem. Ya, itu adalah contoh bahwa untuk mengendalikan sesuatu kita harus mencari titik lemahnya dan menguasainya. Disinilah poinnya. Siapa yang kita pimpin? Kita tidak sedang memimpin sapi, kambing, apalagi kucing. Yang kita pimpin adalah manusia. Pertanyaannya, dimana titik lemah manusia? Otaknya? Lehernya? Tangannya? Badannya? Bukan! Titik lemah manusia ada dihatinya. Maka untuk menjadi pemimpin yang sukses, kita harus mampu merebut hati orang yang kita pimpin agar mereka mau bekerja sama dan mengikuti apa yang kita arahkan.
  3. Apa modal seorang pemimpin?
    Kepercayaan
  4. Bagaimana membangun kepercayaan?
    1. Credibility
      Kredibilitas ialah persoalan kualitas diri dan track record. 
    2. Intimacy
      Jika seorang pemimpin belum memiliki kredibilitas yang mumpuni, ia bisa menonjolkan dirinya dengan cara pendekatan personal (intimacy). 
    3. Reability
      Jika seseorang tidak memiliki Kredibilitas dan pendekatan personal yang cukup baik, ia dapat mengusahakannya melalui pembuktian dengan cara melakukan kerja-kerja nyata.
  5. Apa yang akan meruntuhkan kepercayaan?
    Self Orientation. Seorang pemimpin harus mampu memposisikan kepentingan orang-orang yang ia pimpin diatas kepentingan dirinya.
  6. Apa kriteria pemimpin yang sukses?
    1. Dream.
      Memiliki mimpi
    2. Learning ability.
      Memiliki kemampuan dan kemauan untuk belajar 
    3. Deadline/target.
      Memiliki deadline/target yang jelas dalam hidupnya (power of "kepepet")
    4. Sharing.
      Memiliki kemauan untuk berbagi
Dalam pertemuan ini, Pak Agung juga sempat bercerita mengenai kondisi tanah air Indonesia yang kaya raya. Begitu kayanya bahkan kekayaan alam 10m2 tanah di Indonesia sama dengan kekayaan alam 100m2 tanah di Eropa. Yang sangat menyedihkan adalah, ketika kita tidak mampu memimpin kekayaan kita. Lihat Malaysia, negaranya hanya memiliki kekayaan minyak sepersepuluh dari Indonesia. tapi perusahaannya (Chevron) mampu memiliki Twin Tower dan Perguruan Tinggi. Sementara Indonesia (Pertamina) hanya sebatas Rumah Sakit (Pertamina) itupun bayarnya mahal. Lebih sedih lagi ketika Pak Agung bercerita bahwa di Nusa Tenggara, kekayaan Timah Indonesia yang awalnya berupa bukit dengan tinggi 400 meter (kalau nggak salah), kemudian dikeruk dan menjadi kubangan raksasa dengan kedalaman 200 meter. Memang Tanah bertimahnya dibersihkan di Jepang dan balik ke Indonesia. Tapi kita saja yang nggak tahu kalau kotoran Timah yang dibersihkan di Jepang itu mengandung Emas, dan "kotoran" itu nggak balik ke Indo, tinggal di Jepang.

Siapa yang rela bangsa ini terus menerus dibodohi? Nggak ada kan. Makanya, buruan ambil peran sebagai pemimpin. Pikirkan bangsa, keluar dari kotak. Jangan cuma mikirin soal sarjana, kerja, nikah, punya anak, tua terus mati. Tapi pikirkan kontribusi kita. Pak Agung juga mengatakan, apa salahnya sih kita meluangkan waktu satu jam aja buat nulis tentang kekayaan alam Indonesia terus di muat di majalah atau koran Nasional? Kalau ditolak kirim terus sampai diterima dan dimuat. Pak Agung juga menambahkan dengan sedikit tips, kalau perlu pergi ke Malaysia atau Singapura sana dengan tiket Air Asia promo, terus tulis embel-embel "dari bawah menara kembar"atau sebagainya, karena kesan tulisan dari luar negeri pasti lebih bernilai tinggi. 

Indonesia bukannya nggak bisa. Indonesia pasti bisa!. Tuh buktinya Gross Domestic Product (GDP) kita peringkat 15 se-Dunia di tahun 2012. Dan diperkirakan tahun 2030 bakal masuk peringkat 7 besar dunia. Artinya Indonesia di tahun itu bakal kayak Inggris, Amerika dan negara-negara maju lainnya. Mau? Ayo buruan kontribusi!

Mumpung kita masih muda. Saatnya unjuk gigi. Lihat Jendral Sudirman, Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka adalah pemuda dan mereka pemimpin. Mana ada sekarang Jendral yang umurnya 30an kayak Jendral Sudirman. Dan jarang banget sekarang Presiden yang umurnya 40an kayak Soekarno dan Obama. So, saatnya kita ambil peran, karena ketiga pemuda diatas telah membuktikan bahwa mereka mampu membawa perubahan. 

Terakhir, ini dalil mengapa kita harus mampu menjadi pemimpin yang baik? Karena kita semua adalah pemimpin :

“Ketahuilah…Setiap dari kalian adalah pemimpin yang akan di mintai pertanggung jawabannya, seorang imam adalah pemimpin bagi masyarakatnya dan akan di mintai pertanggung jawabanya tentang kepimpinannya,


seorang suami adalah pemimpin bagi keluarga dan ia bertanggung jawab terhadap keluarganya, seorang istri adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya dan ia bertanggung jawab terhadap mereka,

seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta tuannya dan ia bertanggung jawab terhadapnya, setiap kalian adalah pemimpin dan tiap kalian mempunyai tanggung jawab terhadap yang di pimpinnya”. (HR. Abu Daud : 2930)

Semoga nggak cuma dijadikan renungan, tapi kita tunjukkan dengan aksi nyata. Salah satu doa dan cita-cita saya adalah, semoga saya bisa melihat Indonesia menjadi negara maju, sebelum saya tutup usia. Aamiin. Semoga ini bisa menjadi cita-cita kita bersama.

Depok, 
Lab Jarkom, Fasilkom UI
-disela-sela perjuangan skripsi-

2 komentar:

  1. cuma melihat Indonesia menjadi negara maju ni..
    ga ikut ambil andil memajukan Indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, itu cita-cita saya. Pada hakikatnya, sesuatu bisa disebut cita-cita jika ia diperjuangkan. Kalau tidak diperjuangkan, menurut saya namanya bukan lagi cita-cita.

      Hapus