Rabu, 03 Januari 2018

Dunia Yang Kita Perebutkan

Malam ini, selepas sholat Isya, saya bercengkerama sedikit dengan istri.

Istri: Bang, lapar...
Saya: Hmm, makan hanya untuk orang2 lemah...

Sedikit flash back, candaan seperti diatas saya dapat dari Dennis, temen di ILCS dulu. Ini terjadi ketika saya ngajakin doi makan siang. Lebih kurang dialognya seperti ini:

Saya: Den, lo makan ga?
Dennis: Makan? Makan cuma buat orang2 lemmahh!
Saya: Haha, oke oke, berarti lo jangan makan ya
Dennis: Ya gw makan lah bib, gw kan lemah, wkwk
Saya: Zzzz
Dennis: Semua manusia lemah, kalo ada manusia yang kuat ga makan, ya silakan aja wkwk
p.s: sorry ya Den kalo narasi/dialognya salah wkwk

Nah, jadi ceritanya, malam ini, setelah candaan tentang makan, saya sampaikan ke istri tentang betapa lemahnya manusia. Bahkan dengan rasa lapar aja, kita lemah, apalagi dengan kebutuhan oksigen.

Sekuat apapun manusia, jikalau lapar pasti akan jadi lemah. Sepintar apapun manusia jikalau lapar, pasti lemah. Bayangkan seorang Mike Tyson, jika sebelum Fight, dia ngga dikasih makan lima hari berturut2, jangankan untuk menang KO, mungkin untuk duduk pun dia ngga sanggup. Atau seorang mahasiswa yang cerdas, pintar, langganan cumlaude tiap semester, jika sebelum UAS dia nggak makan selama tiga hari berturut2.... Ya, nggak usah dibayangin lah ya, serem soalnya ngebayangin orang nggak makan berhari2 kayak orang yang nyasar di gurun sahara, lemes kehausan.

Lebih-lebih lagi dengan udara. Malam ini saya berandai-andai dengan istri. Coba bayangkan, jika Allah SWT menghilangkan udara di Bumi ini, 10 menit saja, kemudian Ia kembalikan lagi udara itu ke Bumi, kira2 berapa banyak manusia yang tersisa?

Sembari bercanda, jawaban kami: Ya mungkin hanya tertinggal orang2 sakit yang lagi dirawat pake tabung oksigen; Atau penyelam yang lagi make tabung oksigen juga; Atau orang-orang di gua atau yang lagi gali terowongan yang mereka kebetulan juga lagi pake tabung oksigen; Atau orang-orang di stasiun luar angkasa.

Jika ini benar-benar terjadi, mungkin dalam satu provinsi hanya tertinggal beberapa ratus orang saja. Lebih jauh lagi, kami coba membayangkan, jika Allah SWT menghilangkan manusia di Bumi untuk menjaga kelestarian Bumi, kira-kira apa yang akan terjadi?

Bayangkan jika suatu hari, 99,999% manusia benar2 dihilangkan seketika dari muka Bumi. Bayangkan jika dalam sekejap, HANYA kita, keluarga kita, dan segelintir orang di berbagai penjuru Bumi yang tersisa. Apa yang akan terjadi?

Kita akan melihat lingkungan tempat tinggal kita sepi dan sunyi. Kita mulai mendengar suara kicauan burung. Suara deru angin, daun dan dahan yang tertiup angin. Suara-suara ini semakin lama semakin terdengar jelas. Tidak lagi terdengar suara mesin-mesin kendaraan lalu lalang di depan rumah. Tidak ada lagi orang-orang berlalu lalang. Mall, toko, dan pasar terlihat begitu sepi dan sunyi. Rumah-rumah tak lagi berpenghuni.


Ilustrasi: foto suasana kota London saat sepi


Bayangkan kita yang masih terpana, mencoba berkeliling. Kita nyalakan kendaraan kita, suara mesinnya terdengar begitu jelas. Kita berkeliling. Mungkin kita akan menemukan jalan-jalan yang begitu sepi atau mungkin akan kita temukan kendaraan2 terparkir di tengah jalan namun tak bertuan. Terlihat mall-mall begitu sepi. Supermarket penuh dengan makanan dan kebutuhan sehari-hari, namun tak satu orang pun ada di dalamnya. Toko perhiasan sunyi, tidak ada penjaga tidak ada pembeli.

Mungkin, hal pertama yang akan kita lakukan setelah kita terlepas dari keterpanaan, kita akan bereksplorasi dan menjarah. Menjarah untuk bertahan hidup satu atau dua tahun kedepan. Karena jual beli tidak lagi ada dalam waktu dekat. Restoran, warteg, dan warung nasi padang, tidak akan menyediakan makanan untuk kita. Sudah tidak ada yang memasak. Uang tidak lagi berlaku

Ya, ini dia, uang tidak lagi berlaku. Apapun yang kita inginkan, tinggal ambil di toko. Tidak ada yang jaga, tidak ada manusia. Tanah-tanah kosong tidak lagi berpunya. Rumah-rumah tidak ada pemiliknya. Banyak rumah kosong, kita tinggal pilih. Banyak tanah kosong, kita tinggal pakai. Jual beli sudah tidak ada. Perhiasan, banyak sekali, tertinggal di toko2. Tapi kita sudah tidak butuh. Perhiasan tidak lagi menarik, bahkan mungkin kita bosan melihatnya. Mungkin, semua kembali seperti zaman dulu, seperti zaman-zaman awal kehidupan manusia, dimana hal utama yang dibutuhkan manusia, selain udara, ialah makan.

Lalu, coba kita lihat kehidupan kita saat ini, orang-orang sibuk dengan perhiasan dunia yang tak seberapa. Mereka kesal ketika uang 100rb hilang, atau dirobek anak-anak mereka. Mereka risih ketika melihat rekan-rekan mereka sudah mulai mencicil rumah atau mobil. Mereka bersusah-susah untuk memiliki rumah, kendaraan dll. Mereka bersusah-susah mengumpulkan rupiah untuk membeli sepetak tanah sebagai investasi. Mereka berebut menabung emas, mereka berebut mencicil rumah, mereka berebut perhiasan dunia yang tak seberapa.

Mereka kah? atau Kita?

Bayangkan ketika harta tidak lagi berharga, ketika tanah yang luas tidak ada nilainya, apakah kemudian yang kita cari?

Allah SWT mungkin tidak akan menghilangkan sebagian besar manusia di Bumi ini, hanya untuk menunjukkan pada kita bahwa harta itu sesungguhnya tidak bernilai. Bahwa sesungguhnya rupiah dan emas itu tidak berharga di sisi Nya. Tapi satu yang pasti, suatu saat kematian akan menunjukkannya kepada kita. Bahwa apapun yang kita miliki, apapun yang kita cari dan kita usahakan, tak ada satupun yang berharga dan bernilai, kecuali 'amalan kita di sisi Allah SWT. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan memberi kita hidayah agar senantiasa istiqomah untuk berpegang teguh pada tali (agama) Nya. Aamiin.


***


Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui. [Al-‘Ankabût/29: 64]


Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan melewati pasar sementara banyak orang berada di dekat Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau berjalan melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil. Sambil memegang telinganya Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa diantara kalian yang berkenan membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “Demi Allâh, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian. Shahih: HR. Muslim, no. 2957




Seandainya dunia di sisi Allâh sebanding dengan sayap nyamuk, maka Dia tidak memberi minum sedikit pun darinya kepada orang kafir. Shahih: HR. At-Tirmidzi, no. 2320 dan Ibnu Mâjah, no. 4110 dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu. Lafazh ini milik at-Tirmidzi.


"Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya” (HR. Bukhari dan Muslim)



Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Rabbmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS.Thâhâ/20: 131]


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Munaafiqun: 9).


Sumber: https://www.syahida.com/2016/07/03/5092/sesungguhnya-istri-anak-dan-harta-hanyalah-ujian-untukmu/#ixzz56UlhMCH8 
Follow us: @syahidacom on Twitter | syahidacom on Facebook



Gambar:
http://aidadolken.blogspot.co.id/2014/01/mengintip-jalanan-di-london-yang-sepi.html

Quran/ hadist:
https://muslim.or.id/6822-tak-lebih-berharga-dari-sehelai-sayap-nyamuk.html

p.s: mohon dimaafkan jika ada kata, kalimat, atau ejaan yang salah, maklum posting malam-malam, agak ngantuk :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar